Mediterranean forest management and wildlife forest modelling
-
-
- Tempat dan Waktu:
- R. 440 Lt. 4 Labtek XI ITB
- Jumat, 04 May 2018, 08.30 – 11.00 am
- Speaker:
- Cristina Vega-Garcia (Department of Environmental and Soil Science, University of Lleida)
- Tempat dan Waktu:
-
Bandung, SITH.ITB.AC.ID – Biomanajemen kembali mengadakan kuliah umum pada Bulan Mei. Kali ini pembicara Kuliah Umum adalah Cristina Vega-Garcia dari Spanyol. Beliau adalah Dosen dari Department of Environmental and Soil Science- University of Lleida. Beliau membawakan tema forest wildfire management dalam seminar ini.
Seminar dimulai dengan mengenalkan karakteristik Hutan Mediteranian. Berada di lintang antara 30-40o membuat jenis hutan ini didominasi oleh udara tropis dari daratan yang kering, dan hangat. Pada musim dingin, udara polar maritime cukup sering terjadi. Rata-rata temperature pertahun adalah 5-20O C, dengan hujan yang cenderung berfrekuensi rendah (400-1000 mm). Mediteranian merupakan area dengan tingkat biodiversitas yang tertinggi di Benua Eropa. Area ini merupakan perpaduan antara daratan Eurasia dan Afrika. Paparan cahaya matahari yang lebih banyak dari daerah lainnya mengakibatkan kesamaan habitat di pulau dan lautan dengan area yang memiliki tofografi yang kompleks. Karakteristik dari tumbuhan hutan mediterania adalah daun yang tebal untuk menghindari evaporasi kelembapan. Ditambah lagi tumbuhan di Hutan Mediteranian bersifat evergreen atau mengalami pertumbuhan antara Musim Gugur dan Musim Semi. Karakteristik bentang alamnya adalah woodland, padang rumput, savanna, riparian, dan vegetasi gurun.
Sayangnya Hutan Mediteranian juga menghadapi tekanan dari kegiatan manusia seperti pembakaran untuk pembukaan lahan dan kepentingan agrikultur lainnya. Hutan mediteranian telah berhasil bertahan hidup dan melewati berbagai kejadian sejarah seperti era Roman, invasi Eropa dan Afika, Perang saudara, intensifikasi lahan untuk pertanian, dan regenerasi alami pada tahun 1995-2010. Pada saat ini Spanyol memiliki 27,3 mill woodlands yang merupakan luasan kedua dibandingkan Swedia, luas hutan dataran tinggi terluas ketiga setelah Finlandia dan Swedia. Bagaimanakah hutan ini di atur?
Sudah sejak lama manusia berusaha untuk mengelola hutan untuk kepentingan masa depan. Spanyol dijaman Medieval telah memiliki banyak dokumentasi mengenai hukum yang melarang pembakaran hutan. Namun melindungi saja bukanlah bentuk dari manajemen.
Sejarah pembentukan keilmuan kehutanan di Eropa dimulai dari tahun 1669 mengenai peraturan penggunaan bahan kayu untuk bahan bakar di hutan Perancis oleh Louis XIV. Pada tahun 1740 Frederick the Great, Raja Prussia memerintahkan bahwa hutan perlu dibagi menjadi beberapa unit manajemen yang salah satunya adalah pemanenan hasil hutan seluas yang ditentukan setiap tahunnya. Regulasi ini juga dilaksanakan di Jerman dan Austria pada abad ke XVIII. Terlihat pada zaman ini bahwa konsep regenerasi natural dan konsep cash-flow merupakan konsep manajemen yang berusaha untuk menjaga siklus penebangan yang dianggap berkelanjutan.
Hartig (Hesse) mengajukan teori lain mengenai system tebang pilih. Sistem ini disebut Shelterwood Silvicultural System yang membagikan rotasi penebangan bukan berdasarkan distribusi umur hutan, namun mengikuti distribusi dan pengaturan unit pemotongan dibagi berdasarkan volume. Pada waktu ini juga sekolah dan akademi kehutanan muncul di Prussia dan Saxony. Negara Eropa lainnya baru mengadopsi system ini 50 tahun kemudian. Dengan adanya pengembangan konsep manajerial hutan, beberapa negara memproduksi legislasi dan instrusksi yang beragam, dan telah diperbaiki dan diadopsi semenjak itu.
Sebagai hasil manajemen kehutanan, Hutan Eropa didominasi oleh spesies pohon yang muda dan berumur seragam. Keadaan hutan seperti ini hidup berdampingan dengan struktur hutan tradisional yang diasosiasikan dengan interverensi manusia didalam proses suksesi natural.
Sistem manajemen dahulu kala adalah manajemen produk kayu. Kegiatan manajemen lebih mengutamakan peningkatan pertumbuhan, perlindungan dari kerusakan; manajemen kebakaran, manajemen kesehatan, regenerasi tegakan, control stok, dan pemupukan. Kegiatan ini lebih bertujuan untuk meningkatkan keuntungan dan pemastian cash-flow.
Sebaliknya, pada saat ini kegiatan manajemen hutan lebih berfokus pada konservasi dan perbaikan keanekaragaman biologis, lingkungan, dan pelayanan sosial.
Dahulu kegiatan manajemen hutan dilaksanakan untuk memenuhi permintaan atas produk kayu, saat ini permintaan masyarakat bergeser ke ekowisata. Dalam masyarakat industri, wisata kembali ke alam merupakan hal yang kembali popular. Saat ini ide mengenai Green-minded, back to nature sedang naik daun. Taman Nasional sedang kembali popular sebagai tempat wisata.
Upaya manajemen hutan sering kali mendapatkan kritisasi. WWF tahun 2010 pernah mempublikasi artikel yang berjudul memperbaiki hutan atau menanam sumber api?. Sebuah analisis oleh WWF dalam kebakaran hutan di Spanyol.
Hampir 95% kebakaran hutan diakibatkan oleh manusia, dan manusia adalah ancaman terbesar bagi hutan. Tren kebakaran hutan di Spanyol meningkat jika dilihat dari data statistik dari tahun 1961 sampai dengan 2001. Kejadian ini banyak dikaitkan dengan iklim Mediterania, vegetasi yang rawan terbakar, dan lingkungan hutan yang mudah terbakar akibat pengalih gunaan lahan dan tanah yang ditinggalkan pemiliknya.
Manajemen hutan Mediteranian bukanlah solusi dari permasaahan kebakaran hutan saat ini. Saat ini manajemen hutan Mefiteranian lebih holistik. Saat ini manajemen yang dipraktekkan sudah memuat tujuan social- ekonomi yang sudah memenuhi kebutuhan biodiversitas, rekreasi, estetika dan banyak kegunaan hutan lainnya. Tujuan utama manajerial hutan saat ini adalah keberlanjutan, memberikan manfaat bagi banyak orang, dan prediksi yang akurat.
Saat ini manajemen hutan yang dilakukan disebut ‘Prescription and Prediction’ yang terkait dengan menjadwalkan aktivitas penting untuk seluruh tipe tegakan dalam unit manajemen. Ditambah lagi, system ini juga mengestimasi secara kuantitatif production yields yang didperkirakan dan juga keluaran dari NWFP. Sistem ini harus memperhatikan beberapa aspek berikut: toleransi naungan dari tegakan, adaptif terhadap iklim, struktur awal dan sejarahnya, pemanenan, penggunaan produk kayu atau jasa ekosistemnya, kemungkinan teknis dari monitoring dan identifikasi melalui remote sensing dan GIS, perbaruan data secara berkala, dan kerjasama professional.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen hutan Mediteranian terkini yaitu (Heterogeneity) perbedaan spesies, perbedaan iklim mikro, pengaruh manusia, (Instability) perbedaan iklim, kebakaran hutan, struktur hutan saat ini, dan terbatasnya praktek kehutanan, (Low productivity) rendahnya pemasukan ekonomi namun tinggi jasa ekosistem, private property, rendahnya investasi dan randahnya kualitas manajemen hutan.
Seminar ini ditutup dengan menjabarkan permasalahan terkini di hutan Mediterania, diantaranya manajemen kebakaran hutan, perlindungan tanah secara fisik, manajemen dari hutan pinus, manajemen hutan untuk penyimpanan karbon, konservasi biologi dan keanekaragaman, ekologi lanskap dan keterkaitan dengan alam, mitigasi petubahan iklim dan adaptasi, serta hutan urban.
Seminar ditutup dengan sesi diskusi dan tanya jawab dari mahasiswa. Biomanajemen ingin mengucapkan terimakasih atas kesempatan berbagi ilmu dari University of Lleida.
Penulis : Gita Kemala